Kebidanan, ya jurusan yang selama ini ku inginkan,
entah apa alasan jelasnya, yang pasti kini ku sudah menjalani sepertiga dari
waktu yang seharusnya ku tempuh.
Tak gampang menjadi mahasiswi kebidanan, ya, karena
kami dituntut dewasa sebelum umurnya, namun perjuangan untuk menjadi seorang
bidan, sungguh oh sungguh mulia, bagaimana tidak, kami diberi tanggung jawab
menjadi penyelamat 2 nyawa sekaligus.
Setiap pilihan pasti ada risikonya, sama sepertiku,
memilih mendalami kebidanan dan kini aku harus bisa menjalani segala rintangan
yang terjadi padaku.
Bayanganku cita-citaku ini sepele, ingin menjadi perawat wanita, namun
ternyata tugasku lebih besar, tak hanya wanita saja yang harus ku rawat namun
aku juga harus bisa menjadi penyelamat mereka.
Awalnya
sangat berat sekali menjalaninya, dari yang harus tertekan dengan statusku yang
mengambil diploma III, hingga setiap praktikum selalu saja dimarahi dosen. Mereka
memang ingin menjadikan kami orang yang kuat. Sehingga ketika kami telah
berprofesi menjadi bidan. Kami tidak terkejut lagi menjalani profesi kami itu.
Hingga sepertiga perjalanan pun, aku masih saja
mengalami hal yang seperti itu, UTS dan
UAS bagi sebagian mahasiswi kebidanan itu hal yang lebih mudah daripada praktik
di laboratorium atau di lahan. Namun sayang bagiku UTS dan UAS menjadi momok
terbesar dari diriku. Karena aku sadar bahwa latar belakang sekolahku dulu jauh
berbeda dengan mereka.
Aku berjuang menjadi mahasiswi yang setidaknya aku
bisa menjalani kuliah ini menyamaratakan keahlianku dengan mereka. Walaupun dari
segi ilmu teori, mereka lebih menguasai dibanding aku. Perjuanganku memang jauh
berbeda dibanding mereka. Namun kini aku ingin membuktikan bahwa aku tak akan
pernah menyerah menghadapi semua. Siapapun boleh mencaci-makiku, memang aku tak
sepandai mereka, tapi aku yakin mereka yang mengejekku, mereka belum pernah
mengalami apa arti perjuangan yang sesungguhnya.
Terkadang aku malu, mendapati temanku, bukanlah
teman sepermainanku. Lambat laun, aku merasakan hal yang luar biasa dimana aku
harus bersyukur karena sebenarnya Allah telah mengatur sebegitu indahnya perjalananku,
sehingga kini aku merasa menjadi orang yang bangga karena aku pernah
dipertemukan dengan seseorang yang jauh lebih hebat dari teman-temanku dahulu. Apalagi
di tempat yang sangat luar biasa pergaulannya. Aku bangga, setidaknya mereka
menjadi penyemangatku ketika aku mulai putus asa, walaupun kini mungkin mereka
telah melupakanku. Aku bangga pernah menjadi orang yang pernah menjadi teman
seperjuangan mereka.
Dan kini aku ingin bangkit, menjadi mahasiswi
kebidanan memang tak sesuai dengan apa yang dulu aku bayangkan. Namun aku yakin
aku bisa menjalaninya. Aku ingin membuktikan bahwa mahasiswi kebidanan tak
hanya aktif dalam organisasi yang ada profesinya atau sibuk dengan
tugas-tugasnya. Aku ingin menjadi mahasiswi yang berbeda. Ya, berbeda dari yang
lainnnya. Jejak awal langkahku dulu, aku pijakkan pada organisasi yang ada
dalam dunia kebidanan. Ya, sebut saja HIMA kebidanan, berat memang membagi
jadwal kami, sama-sama sibuk dengan tugas-tugas kami. Tak jarang gesekan pun
terjadi diantara kami. Selanjutnya aku terpilih menjadi pengurus asrama, tak
bisa disangka memang, awalnya karena kurang personil saja, tapi yaa sudahlah. Setidaknya
aku bisa membantu mereka. Aku menjadi ibu rohani agama islam, mungkin mereka
memilihku karena latar belakangku saja, tapi tak apalah. Laa khaulaa walaa
quwwata illa billah. Selanjutnya, aku iseng-iseng saja ikut UKM English Club,
ukm yang aku kira akan bisa menambah wawasanku tentang english. Disini juga
mungkin karena pada saat itu aku tergolong agak aktif, entah mengapa aku
dijadikan sebagai bendahara. Yaa, maklum saja UKM baru masih butuh perintis
sebenarnya. Yang terakhir, akhir-akhir ini aku diajak temanku untuk ikut IMM
yaa bagi keluarga Muhammadiyah pasti tahu apa itu IMM. Awalnya hanya
ikut-ikutan saja, lumayanlah bisa menambah ilmu agama. Bisa nambah teman juga. Lambat
laun nyaman juga, karena mereka bukan hanya care, tapi juga solid. Organisasi yang
semacam ini yang kiranya organisasi yang ideal jauh dari organisasi yang ku
jajaki sebelumnya. Entah besok aku bisa apa di organisasi ini, namun aku
senang, perlahan ilmuku tambah walaupun di luar dari profesiku.
Banyak hambatan dan kendala selama aku ikut
berorganisasi, dari jadwal kegiatan yang bertabrakan hingga carut-marutnya jam
waktu belajar. Yaa, memang risikonya seperti itu. Dan aku menyadarinya, aku
merasa walaupun aku bangga bergabung sekian banyaknya organisasi. Aku belum
maksimal dalam melaksanakan amanahku itu. Hal yang mana lagi menjadikanku lalai
akan kewajibanku pula. Namun sekian lama mengikuti dan menimbang, mesti harus
ada yang terkorbankan, hanya saja aku belum bisa memutuskan mana yang harus aku
lepas. Semoga Allah segera memberi petunjuknya. Amin
Aku berfikir, jika hanya di dalam saja aku
mengembangkan kemampuanku, maka aku takkan bisa bersosialisasi dengan yang
lainnya, dan ketika aku keluar pun, aku harus bisa mempertimbangkan sisi
positif dan negatifnya.
Itulah kisahku tentang bagaimana menjalani
kehidupanku selama aku menjadi mahasiswi kebidanan. Aku tak peduli orang akan
sangat begitu membenciku dengan apa yang ku jalani sekarang. Aku pun takkan
membenci mereka sekalipun mereka telah mengejekku.
Memang cita-citaku menjadi bidan, namun bidan yang
berbeda. Bidan yang lain daripada yang lain. Aku berjanji wahai guru besarku. Ketika
engkau saat ini memarahiku, karena engkau tegas menjalankan tugasmu. Aku yakin
kelak aku akan menjadi mahasiswi yang engkau harapkan. Aku percaya bahwa sikap
bijak kau itu, seolah-olah menjadi tanda
besar bagiku bahwa aku memang dididik tegas agar aku bisa menjadi mahasiswa
yang sesungguhnya. Yang tidak asal berpredikat ahli madya saja. Sekian kisahku
malam ini, Bye cintull